Sabtu, 29 April 2017

Ngaji Kehidupan kepada Sang Kekasih

Sobat Gus Dur yang di rahmati Allah, Gus Dur memang sudar pulang kerahmat Allah namun perjuangan dan idiologi beliau selalu hidup dengan ajaran-ajarannya yang selalu kita ikuti bersama. Kehumanisan dan kegigihan beliau dalam menjaga NKRI yang begitu iklas serta tidak pernah goyah akan kedudukan dan kekuasaan dapat tercermin dalam keadaan beliau yang rela melepaskan jabatan kePresidenan pada waktu itu.Tidak akan pernah habis jika kita membicarakan tingkah pola Gus Dur dari yang nyeleh dan aneh sampai dengan yang logis dan ilmiah.Kecerdasan dan ketajaman pikirnya tidak semua orang bisa menandinginya.Hafalan yang begitu kuat dan ilmu yang begitu luas seakan selalu menyemat dalam dirinya.

Gus Dur memang tokoh dan guru bangsa yang patutu untuk kita kenang dan hormati, perjalanan beliau selalu membawa kesan tersendiri. Lihat saja Ngaji Kehidupan kepada Sang Kekasih ini yang begitu mengesnakan, peristiwa yang patut untuk kita kenang dan tidak kita lupakan begitu saja. Dalam dakwah dan perjalanannya sering kali orang kurang melihat Gus Dur dari sisi ulama salaf yang mempuni, beliau lebih dilihat dari tokoh pluralisme yang menjunjung tinggi ke beragaman sesuai dengan Kebinikaan kita sebagai negara Pancasila. Saat anda melihat Gus Dur dari dunia pesantren maka anda akan tahu bahwa Gus Dur merupakan tokkoh yang mempuni dibidang keagamaan berbagai kitab mampu beliau hafal beserta sanand lengkapnya.Serta ke zuhudan yang melekat dalam dirinya pun dapat kita temukan dalam kehidupan kesehariannya.

Sehingga tidak heran jika Ngaji Kehidupan kepada Sang Kekasih tidka pernah dilupakan oleh generasi berikutnya. Namun sayang bagi kelompok yang kurnag menyukai Gus Dur beliau cuma dipandang sebelah maka sebagai orang yang penuh kekurangan fisik saja. Namun jika orangitu mau membuka dengan pikiran jernihnya maka kelebihan dan ke pandian beliau belum tentu bisa ia tandingi. Dan jika kurnag percaya atau kurang mengenal akan Gus Dur silahkan untuk baca profil perjalanan beliau ini melalui Ngaji Kehidupan kepada Sang Kekasih semoga anda mendapat jawaban dari ketidak sukaan anda. Selamat membaca:


Sekitar 50 lukisan kiai karya perupa kelahiran Gresik, Jawa Timur, Nabila Dewi Gayatri, akan dipamerkan di Grand Syahid, Jakarta mulai 8 hingga 14 Mei. Pameran yang bertajuk Sang Kekasih itu rencananya akan dibuka Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.

Menurut Nabila, melalui lukisan itu, ia mengajak tidak hanya kepada warga NU, untuk mengingat kembali para kiai terdahulu yang telah berjuang demi umat tanpa pamrih.

“Jika saya merujuk sejarah, kiai-kiai ini adalah orang di belakang Soekarno ketika Indonesia akan merdeka,” katanya di gedung PBNU, Jakarta Jumat (28/4).

Hidup mereka, kata alumnus Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dan Aqidah Filsafat Al-Azhar Kairo itu, penuh dengan perjuangan. Segala ucapan dan tindakan mereka tiadak lain demi
kemaslahatan umat.

Hal itu karena para kiai yang dilukisnya mengaji tidak hanya pada kitab kuning, hadits dan Al-Qur’an, tapi mengaji kehidupan. “Ngaji urip, segala yang dihamparkan Allah, itu ayat nyata. Mereka semua murid kehidupan,” tegasnya.

Karena mereka mengaji kehidupan, lanjutnya, tindak-tanduknya santun dan tawadhu. Mereka tidak berbicara jika memang tidak penting untuk berbicara. Mereka menangis ketika melihat orang susah. Mereka memberikan apa yang dipunya.

Kemudian, setelah meninggal pun mereka masih memberikan penghidupan kepada orang yang hidup. “Contohnya Gus Dur. Setelah meninggal, yang ziarah berduyun-duyun tanpa disuruh. Dan menghidupi pedagang di sekitarnya persis seperti Wali Songo yang berabad-abad meninggalkan kita semua, tapi memberikan penghidupan kepada ribuan orang yang di sekitarnya."

Menurut perempuan kelahiran tahun 1969 itu, ketika teknologi yang semakin canggih secara tidak sengaja mereduksi rohani sesorang, ada baiknya untuk melihat masa lalu agar kita bisa meneladani segala yang dilakukan para “kekasih” itu ketika masih hidup.

Pameran dengan kurator Yaksa Agus tersebut akan memamerkan lukisan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Sansoeri, dan kiai-kiai lain. Tak hanya kiai yang telah wafat, pameran itu juga memamerkan lukisan Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin, KH Said Aqil Siroj, KH A Mustofa Bisri, KH Tolchah Hasan, dan lain-lain. (Abdullah Alawi)

Sumber : nu.or.id

Judul Artikel lain:


Ngaji Kehidupan kepada Sang Kekasih

Judul artikel terkait :Ngaji Kehidupan kepada Sang Kekasih
Alamat link terkait :Ngaji Kehidupan kepada Sang Kekasih
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Ngaji Kehidupan kepada Sang Kekasih

  • Gus Dur dan Wawasan Bahasa Masa LaluMuchus Budi Rahayu masih mengingat percakapannya dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada Oktober 2001 silam. Muchus yang berprofesi sebagai wartawan, ketika itu melip ...
  • Alissa Wahid Ungkap Sumbu Spiritual Kehidupan Gus DurMahasiswa Ciputat lintas organisasi menyelenggarakan Haul ke-7 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Bertempat di Hall Student Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (2 ...
  • Faktor Gus Dur Bertindak dengan Pendekatan KebudayaanNia Sjarifudin dari Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) menilai KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sangat kuat dalam integritas kebudayaan. Dia menyampaikan hal itu ...
  • Cak Lontong: Saya Kan GusdurianPelawak Cak Lontong mengaku sebagai orang yang berpihak kepada KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada Muktamar NU Pondok Pesantren Cipasung pada 1994. Ia mengikuti peristiw ...
  • Betulkah Gus Dur Disebut "Bapaknya" Orang Papua?Presiden ke 4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memiliki sembilan nilai utama diwariskan, yakni ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, ...

0 komentar:

Posting Komentar