Selasa, 13 Desember 2016

Jalinan Persahabatan Gus Dur dan PB XII (2)

Sobat Gus Dur yang di rahmati Allah, Gus Dur memang sudar pulang kerahmat Allah namun perjuangan dan idiologi beliau selalu hidup dengan ajaran-ajarannya yang selalu kita ikuti bersama. Kehumanisan dan kegigihan beliau dalam menjaga NKRI yang begitu iklas serta tidak pernah goyah akan kedudukan dan kekuasaan dapat tercermin dalam keadaan beliau yang rela melepaskan jabatan kePresidenan pada waktu itu.Tidak akan pernah habis jika kita membicarakan tingkah pola Gus Dur dari yang nyeleh dan aneh sampai dengan yang logis dan ilmiah.Kecerdasan dan ketajaman pikirnya tidak semua orang bisa menandinginya.Hafalan yang begitu kuat dan ilmu yang begitu luas seakan selalu menyemat dalam dirinya.

Gus Dur memang tokoh dan guru bangsa yang patutu untuk kita kenang dan hormati, perjalanan beliau selalu membawa kesan tersendiri. Lihat saja Jalinan Persahabatan Gus Dur dan PB XII (2) ini yang begitu mengesnakan, peristiwa yang patut untuk kita kenang dan tidak kita lupakan begitu saja. Dalam dakwah dan perjalanannya sering kali orang kurang melihat Gus Dur dari sisi ulama salaf yang mempuni, beliau lebih dilihat dari tokoh pluralisme yang menjunjung tinggi ke beragaman sesuai dengan Kebinikaan kita sebagai negara Pancasila. Saat anda melihat Gus Dur dari dunia pesantren maka anda akan tahu bahwa Gus Dur merupakan tokkoh yang mempuni dibidang keagamaan berbagai kitab mampu beliau hafal beserta sanand lengkapnya.Serta ke zuhudan yang melekat dalam dirinya pun dapat kita temukan dalam kehidupan kesehariannya.

Sehingga tidak heran jika Jalinan Persahabatan Gus Dur dan PB XII (2) tidka pernah dilupakan oleh generasi berikutnya. Namun sayang bagi kelompok yang kurnag menyukai Gus Dur beliau cuma dipandang sebelah maka sebagai orang yang penuh kekurangan fisik saja. Namun jika orangitu mau membuka dengan pikiran jernihnya maka kelebihan dan ke pandian beliau belum tentu bisa ia tandingi. Dan jika kurnag percaya atau kurang mengenal akan Gus Dur silahkan untuk baca profil perjalanan beliau ini melalui Jalinan Persahabatan Gus Dur dan PB XII (2) semoga anda mendapat jawaban dari ketidak sukaan anda. Selamat membaca:


Empat belas tahun silam, atau tepatnya pada tanggal 9 Oktober 2002, Presiden Republik Indonesia ke-4, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mendapat gelar Kanjeng Pangeran Arya (KPA) dari Keraton Kasunanan Surakarta.

Gelar ini, menurut H. Ronggojati Sugiyatno, setara dengan Kanjeng Patih. “Gelar KPA yang diterima Gus Dur dari pemberian Sinuhun itu, setara dengan Kanjeng Patih. Lebih tinggi dari gelar-gelar keluarga Keraton Solo yang ada,” ungkapnya.

H. Ronggojati Sugiyatno atau yang akrab dipanggil dengan nama Pak Dhe Tino ini, merupakan salah satu orang Solo yang dekat dengan Gus Dur. Ia pula yang menjadi salah satu saksi, kedekatan antara Gus Dur dengan Raja Keraton Surakarta waktu itu, Sinuhun Paku Buwono (PB) XII.

Kedekatan antara keduanya masih terekam dalam ingatan Pak Dhe Tino. Pernah, pada suatu ketika di saat peringatan malam Satu Sura, ia menyaksikan Sinuhun sampai tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita Gus Dur.

Padahal lumrahnya dan juga secara etika, pada peringatan malam Satu Sura tersebut, tak ada orang-orang Keraton yang berani tertawa.

Saking penasarannya, ia pun bertanya kepada Gus Dur. “Gus, tadi panjenengan cerita apa ke Sinuhun, kok sampai beliau tertawa terpingkal-pingkal,”

Gus Dur kemudian menjawab dengan cerita. “Ini yang di samping saya, ini dan itu, sekarang sudah jadi
mantan (mantan pejabat dan sebagainya,-red). Lha Sinuhun ini, kapan jadi mantannya?”

Karena mendengar humor tersebut, Sinuhun pun tertawa. Sebab, ketika ia menjadi mantan Sinuhun, berarti ia telah meninggal.

Soal wafatnya Sinuhun PB XII ini pun, Gus Dur pernah meramalkan apa yang terjadi setelahnya. Ketika itu Gus Dur bertanya kepada Sinuhun, kalau nanti Sinuhun sampun seda (meninggal), nanti siapa yang akan menggantikan.

“Loh, Gus Dur itu mendoakan saya mati ya?,” tanya Sinuhun.

“Anak saya itu dua, yang satu ..., satunya ....,” lanjut dia.

“Jam itu kan cuma sampai jam 12,” jawab Gus Dur.

Di kemudian hari, perkataan Gus Dur ini terbukti. Pascawafatnya PB XII, terjadi konflik berkepanjangan, yang kemudian melahirkan “dualisme kepemimpinan” di Keraton Surakarta.

Melestarikan Budaya
Kembali kepada gelar yang diterima Gus Dur. Meski, sebelumnya ia tidak pernah berharap untuk mendapat gelar, namun baginya, pemberian gelar ini sebagai salah satu tindakan untuk melestarikan budaya daerah.

“Bagi saya ini adalah sebuah penghormatan bagi jalan hidup yang saya pilih, yakni supaya selalu menyerasikan Islam dengan budaya daerah,” kata Gus Dur kepada pers, ketika itu.

Gus Dur juga berharap Keraton Surakarta dapat menjadi pemelihara dan pelestari budaya. “Selama ini, Keraton telah menjadi pemelihara dan pelestari budaya. Kalau ada yang hilang maka kebudayaan di daerah kita ini akan terganggu,” paparnya.

Yang menarik tidak hanya itu, konon setelah mendapat gelar KPA, Gus Dur justru takut dengan panggilan baru yang bakal melekat pada namanya.

“Tapi nanti saya tidak mau dipanggil dengan panggilan Gusti seperti orang keraton itu, lho,” kata Gus Dur kepada Sinuhun, sesaat setelah menerima gelar KPA.

“Lha kok bisa, Gus? Apa takut dianggap syirik?” tanya Sinuhun.

“Bukan apa-apa. Cuma nggak enak aja kalau ditambahi tambahan Gusti. Nanti, malah bisa keliru panggilannya jadi Gus Tidur,” jawab Gus Dur.

Sumber : nu.or.id

Judul Artikel lain:


Jalinan Persahabatan Gus Dur dan PB XII (2)

Judul artikel terkait :Jalinan Persahabatan Gus Dur dan PB XII (2)
Alamat link terkait :Jalinan Persahabatan Gus Dur dan PB XII (2)
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Jalinan Persahabatan Gus Dur dan PB XII (2)

  • Cara Gus Dur Memberi Kegembiraan kepada Setiap OrangJika ada orang meminta bantuan, Gus Dur tak pernah menolak sepanjang ia memilikinya. Ia ingin selalu memberi. Jika tak ada lagi yang bisa diberikan Gus Dur, karena meman ...
  • Gus Dur dan Panasnya Muktamar NU CipasungTidak terasa Muktamar ke-33 NU di Jombang sudah berakhir setahun yang lalu dengan terpilihnya KH Said Aqil Siroj sebagai ketua tanfidziah dan KH Ma’ruf Amin sebagai Rais ...
  • Resep Meneladani Gus DurSosok guru bangsa KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur telah banyak ditulis orang, baik itu pemikiran maupun gesturnya. Berbagai atribusi pun melekat pada diri Presiden ke- ...
  • Gus Dur dan Surat Sakti Lurah GambirTahun 2001 silam, angin kencang berhembus kepada Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sampai-sampai berbagai cara dilakukan oleh lawan politiknya untuk melengserkann ...
  • Cerita Jaya Suprana bikin jengkel pendeta karena Gus DurGusdurfiles.com ~ Jaya Suprana mengaku sangat mengagumi KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meski berbeda keyakinan. Ibaratnya, Jaya rela masuk neraka jika ada Gus Dur di ...

0 komentar:

Posting Komentar