Jumat, 05 Mei 2017

Indahnya Perbedaan Pendapat Para Kyai NU, tidak ada Tuduhan Liberal

Sobat Gus Dur yang di rahmati Allah, Gus Dur memang sudar pulang kerahmat Allah namun perjuangan dan idiologi beliau selalu hidup dengan ajaran-ajarannya yang selalu kita ikuti bersama. Kehumanisan dan kegigihan beliau dalam menjaga NKRI yang begitu iklas serta tidak pernah goyah akan kedudukan dan kekuasaan dapat tercermin dalam keadaan beliau yang rela melepaskan jabatan kePresidenan pada waktu itu.Tidak akan pernah habis jika kita membicarakan tingkah pola Gus Dur dari yang nyeleh dan aneh sampai dengan yang logis dan ilmiah.Kecerdasan dan ketajaman pikirnya tidak semua orang bisa menandinginya.Hafalan yang begitu kuat dan ilmu yang begitu luas seakan selalu menyemat dalam dirinya.

Gus Dur memang tokoh dan guru bangsa yang patutu untuk kita kenang dan hormati, perjalanan beliau selalu membawa kesan tersendiri. Lihat saja Indahnya Perbedaan Pendapat Para Kyai NU, tidak ada Tuduhan Liberal ini yang begitu mengesnakan, peristiwa yang patut untuk kita kenang dan tidak kita lupakan begitu saja. Dalam dakwah dan perjalanannya sering kali orang kurang melihat Gus Dur dari sisi ulama salaf yang mempuni, beliau lebih dilihat dari tokoh pluralisme yang menjunjung tinggi ke beragaman sesuai dengan Kebinikaan kita sebagai negara Pancasila. Saat anda melihat Gus Dur dari dunia pesantren maka anda akan tahu bahwa Gus Dur merupakan tokkoh yang mempuni dibidang keagamaan berbagai kitab mampu beliau hafal beserta sanand lengkapnya.Serta ke zuhudan yang melekat dalam dirinya pun dapat kita temukan dalam kehidupan kesehariannya.

Sehingga tidak heran jika Indahnya Perbedaan Pendapat Para Kyai NU, tidak ada Tuduhan Liberal tidka pernah dilupakan oleh generasi berikutnya. Namun sayang bagi kelompok yang kurnag menyukai Gus Dur beliau cuma dipandang sebelah maka sebagai orang yang penuh kekurangan fisik saja. Namun jika orangitu mau membuka dengan pikiran jernihnya maka kelebihan dan ke pandian beliau belum tentu bisa ia tandingi. Dan jika kurnag percaya atau kurang mengenal akan Gus Dur silahkan untuk baca profil perjalanan beliau ini melalui Indahnya Perbedaan Pendapat Para Kyai NU, tidak ada Tuduhan Liberal semoga anda mendapat jawaban dari ketidak sukaan anda. Selamat membaca:


Pada tahun 1928 terbit majalah Suara Nu, pada nomor perdana majalah anyar itu dimuat tulisan Syekh Hasyim Asy’ari mengenai hukum menabuh beduk sebagai sarana memanggil jamaah sholat di masjid dan surau. Syekh Hasyim Asy’ari menyebut bahwa menabuh beduk untuk sarana memanggil sholat itu ada dalilnya, hal ini diqiyaskan pada penggunaan alat musik duf. Dalam tulisan yang sama, Syekh Hasyim juga menyinggung hukum menabuh kentongan. Berbeda dengan beduk, menurutnya, menabuh kentongan untuk memanggil jamaah sholat tidak ada dalilnya, dan untuk itu beliau memutuskan tidak boleh menabuhnya.

Pada bulan berikutnya, pada nomor kedua majalah yang sama, giliran Syekh Faqih Maskumambang menulis. Kali ini majalah Suara NU memuat tulisan Syekh Faqih Maskumambang, tulisan yang menanggapi tulisan Syekh Hasyim Asy’ari yang dimuat pada nomor sebelumnya, soal tidak bolehnya menabuh kentongan. Menurut Syekh Faqih Maskumambang menabuh kentongan yang ditujukan untuk memanggil Sholat hukumnya diperbolehkan, dengan men-qiyaskan kebolehannya pada kebolehan menggunakan beduk untuk memanggil sholat.

Syekh Faqih
Maskumambang kala itu menjabat sebagai wakil Rais Akbar Nahdlatul Ulama, atau wakil dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yang berkedudukan sebagai Rais Akbar Nahdlatul Ulama. Keduanya menjadi rujukan bagi murid-muridnya dan bagi warga nahdliyyin pada umumnya.
Setelah dua tulisan itu beredar luas, Syekh Hasyim Asy’ari memanggil semua muridnya untuk mendengar pembacaaan dua tulisan yang membahas hukum menabuh kentongan tersebut. Kedua tulisan yang bertolak belakang itu dibacakan di depan santri-santri, setelah dibacakan, Syekh Hasyim kemudian menyampaikan keputusannya; bahwa kedua dalil kebolehan dan pelarangan menabuh kentongan sama kuatnya. Sehingga sebab itu, Syekh Hasyim mempersilahkan siapa saja untuk menggunakan kentongan atau tidak menggunakan kentongan. Namun, Syekh Hasyim Asy’ari meminta kepada muridnya, supaya di masjidnya tidak ada yang menabuh kentongan.

Tidak lama setelah polemik boleh tidaknya memukul kentongan itu ramai dibicarakan, Syekh Hasyim Asy’ari berencana berkunjung ke pesantren yang dipimpin Syekh Faqih Maskumambang di Gresik. Mengetahui kabar Syekh Hasyim hendak datang berkunjung ke Gresik, Syekh Faqih Maskumambang cepat-cepat mengutus seratus muridnya untuk mendatangi desa-desa di Gresik dan sekitarnya, guna memberi himbauan kepada pengurus-pengurus masjid dan musholla; bahwa nanti selama Syekh Hasyim Asy’ari berkunjung ke Gresik, semua masjid diminta untuk menurunkan kentongan atau sedikitnya tidak menabuh kentongan pada menjelang waktu sholat.

- Cerita mengenai etika mengusung pendapat di atas disampaikan oleh almarhum Gus Dur pada satu kesempatan di Situbondo, di hadapan Syekh Ahmad Shofyan dan Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin, dengan sedikit penyesuaian tentu saja.

Sumber : muslimoderat.net

Judul Artikel lain:


Indahnya Perbedaan Pendapat Para Kyai NU, tidak ada Tuduhan Liberal

Judul artikel terkait :Indahnya Perbedaan Pendapat Para Kyai NU, tidak ada Tuduhan Liberal
Alamat link terkait :Indahnya Perbedaan Pendapat Para Kyai NU, tidak ada Tuduhan Liberal
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Indahnya Perbedaan Pendapat Para Kyai NU, tidak ada Tuduhan Liberal

  • Resep Meneladani Gus DurSosok guru bangsa KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur telah banyak ditulis orang, baik itu pemikiran maupun gesturnya. Berbagai atribusi pun melekat pada diri Presiden ke- ...
  • Gus Dur dan Panasnya Muktamar NU CipasungTidak terasa Muktamar ke-33 NU di Jombang sudah berakhir setahun yang lalu dengan terpilihnya KH Said Aqil Siroj sebagai ketua tanfidziah dan KH Ma’ruf Amin sebagai Rais ...
  • Kisah Nyai Wahid Hasyim Mendidik Gus Dur dan Kelima AdiknyaGusdurfiles.com ~ Tidak ada yang berat di pundak Nyai Hj Sholehah, ibu Abdurrahman Addakhil yang saat ini dikenal sebagai Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan kelima adik Gus ...
  • Cerita Jaya Suprana bikin jengkel pendeta karena Gus DurGusdurfiles.com ~ Jaya Suprana mengaku sangat mengagumi KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meski berbeda keyakinan. Ibaratnya, Jaya rela masuk neraka jika ada Gus Dur di ...
  • Gus Dur dan Surat Sakti Lurah GambirTahun 2001 silam, angin kencang berhembus kepada Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sampai-sampai berbagai cara dilakukan oleh lawan politiknya untuk melengserkann ...

0 komentar:

Posting Komentar