Minggu, 11 Desember 2016

Kaktus dari Presiden Gus Dur

Sobat Gus Dur yang di rahmati Allah, Gus Dur memang sudar pulang kerahmat Allah namun perjuangan dan idiologi beliau selalu hidup dengan ajaran-ajarannya yang selalu kita ikuti bersama. Kehumanisan dan kegigihan beliau dalam menjaga NKRI yang begitu iklas serta tidak pernah goyah akan kedudukan dan kekuasaan dapat tercermin dalam keadaan beliau yang rela melepaskan jabatan kePresidenan pada waktu itu.Tidak akan pernah habis jika kita membicarakan tingkah pola Gus Dur dari yang nyeleh dan aneh sampai dengan yang logis dan ilmiah.Kecerdasan dan ketajaman pikirnya tidak semua orang bisa menandinginya.Hafalan yang begitu kuat dan ilmu yang begitu luas seakan selalu menyemat dalam dirinya.

Gus Dur memang tokoh dan guru bangsa yang patutu untuk kita kenang dan hormati, perjalanan beliau selalu membawa kesan tersendiri. Lihat saja Kaktus dari Presiden Gus Dur ini yang begitu mengesnakan, peristiwa yang patut untuk kita kenang dan tidak kita lupakan begitu saja. Dalam dakwah dan perjalanannya sering kali orang kurang melihat Gus Dur dari sisi ulama salaf yang mempuni, beliau lebih dilihat dari tokoh pluralisme yang menjunjung tinggi ke beragaman sesuai dengan Kebinikaan kita sebagai negara Pancasila. Saat anda melihat Gus Dur dari dunia pesantren maka anda akan tahu bahwa Gus Dur merupakan tokkoh yang mempuni dibidang keagamaan berbagai kitab mampu beliau hafal beserta sanand lengkapnya.Serta ke zuhudan yang melekat dalam dirinya pun dapat kita temukan dalam kehidupan kesehariannya.

Sehingga tidak heran jika Kaktus dari Presiden Gus Dur tidka pernah dilupakan oleh generasi berikutnya. Namun sayang bagi kelompok yang kurnag menyukai Gus Dur beliau cuma dipandang sebelah maka sebagai orang yang penuh kekurangan fisik saja. Namun jika orangitu mau membuka dengan pikiran jernihnya maka kelebihan dan ke pandian beliau belum tentu bisa ia tandingi. Dan jika kurnag percaya atau kurang mengenal akan Gus Dur silahkan untuk baca profil perjalanan beliau ini melalui Kaktus dari Presiden Gus Dur semoga anda mendapat jawaban dari ketidak sukaan anda. Selamat membaca:


Aneh. Begitulah hal pertama yang ada di benak Mohammad Mustahdi, putra KH Abdullah Abbas saat kedatangan paket dari istana. Saat itu, KH Abdurrahman Wahid belum lama terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia keempat.

Kiai Dulah, panggilan masyarakat kepada KH Abdullah Abbas, adalah orang yang menolak keras pencalonan Gus Dur sebagai presiden. Sampai putusan akhir musyawarah para kiai meridai pencalonan putra pertama KH Abdul Wahid Hasyim, Kiai Dulah tetap dalam pendiriannya menolak dengan tetap menghargai keputusan forum.

Penolakan Kiai Dulah tentu saja bukan tanpa alasan. Sesepuh Buntet itu, menurut penuturan putranya, enggan melihat Gus Dur menjadi tumbal reformasi. Bahkan, saat pemilihan presiden berlangsung, Kiai Dulah menangis.

“Saya ingat betul, saat pemilihan itu, bapak nangis,” ujar Mohammad Mustahdi, putra Kiai Dulah.

Paket dari Presiden Gus Dur itu hanyalah sebuah pot bertanamkan kaktus. Tidak lebih.

“Hanya kaktus?” tanya Mustahdi pada staf presiden.

Tentu staf presiden itu mengiyakan karena memang tidak ada lagi. Hal tersebut membuat Mustahdi bertanya-tanya. Namun ketika ia menanyakan apa maksud kiriman itu pada ayahnya, ia hanya mendapat senyum ayahnya. Tidak lebih.

“Bapak tuh cuma senyum aja,” ujar wakil ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama itu.

Dia akhirnya berpikir sendiri, mencoba menafsiri maksud kiriman itu. Ia akhirnya beroleh kesimpulan, bahwa Gus Dur ingin mengabarkan pada Kiai Dulah untuk tidak perlu mengkhawatirkannya. Kaktus mampu hidup sendiri di tengah padang pasir yang gersang. (Muhammad Syakir Niamillah Fiza)

Sumber : nu.or.id

Judul Artikel lain:


Kaktus dari Presiden Gus Dur

Judul artikel terkait :Kaktus dari Presiden Gus Dur
Alamat link terkait :Kaktus dari Presiden Gus Dur
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Kaktus dari Presiden Gus Dur

0 komentar:

Posting Komentar